Direktur Pascasarjana Unugiri: Sya’ban sebagai Momentum Persiapan Spiritual Menuju Ramadhan

unugiri.ac.id Bojonegoro – Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang sering kali terlupakan oleh umat Islam, padahal memiliki nilai spiritual yang luar biasa. Bulan ini sering kali dianggap sebagai bulan biasa yang datang menjelang bulan Ramadhan, tanpa banyak perhatian. Namun, Dr. KH. M. Ridlwan Hambali, Lc, MA, Direktur Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI) Bojonegoro, dalam khutbah Jumatnya pada 31 Januari 2025, di Masjid An-Nahdlah, Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, memberikan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya bulan Sya’ban sebagai momentum untuk mempersiapkan diri menyambut Ramadhan.

Sya’ban sebagai Gerbang Menuju Ramadhan
Dalam khutbah yang disampaikan dengan penuh hikmah tersebut, KH. Ridlwan Hambali menekankan bahwa bulan Sya’ban sering kali terlewatkan tanpa mendapatkan perhatian yang semestinya.

“Dilupakan bukan berarti tidak mulia. Justru, karena kurang mendapat perhatian, bulan ini menjadi kesempatan bagi mereka yang ingin lebih dekat kepada Allah dengan amalan-amalan yang sering terlewatkan,” ucapnya.

Pernyataan ini menggugah kesadaran umat Islam bahwa Sya’ban bukan sekadar bulan penantian Ramadhan, tetapi bulan yang penuh dengan peluang untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah.

KH. Ridlwan Hambali mengingatkan bahwa salah satu tantangan umat Islam di era modern adalah kecenderungan untuk lebih fokus pada Ramadhan, sementara persiapan spiritual yang optimal justru harus dimulai jauh sebelum bulan suci tersebut tiba.

“Jika kita ingin meraih keberkahan Ramadhan secara maksimal, maka kita harus mulai mempersiapkan diri sejak Sya’ban. Sebab, orang yang berhasil di bulan suci bukanlah mereka yang memulai dari nol, tetapi yang sudah melatih diri sebelumnya,” ujar beliau.

Dengan kata lain, Sya’ban merupakan bulan yang sangat penting untuk memperbaharui niat, meningkatkan kualitas ibadah, dan mempersiapkan diri secara fisik dan mental sebelum memasuki Ramadhan. Menurut KH. Ridlwan Hambali, bulan ini adalah waktu yang tepat untuk melatih ketekunan dalam beribadah, membersihkan hati dari segala sifat negatif, serta meningkatkan kepedulian sosial.

Menjaga Spiritualitas dalam Tradisi Nusantara
Selain sebagai waktu persiapan menuju Ramadhan, bulan Sya’ban juga memiliki makna yang mendalam dalam tradisi keagamaan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Bulan ini dikenal dengan nama Bulan Ruwah, yang diisi dengan tradisi doa bersama, tahlilan, dan ziarah kubur untuk mendoakan arwah leluhur. KH. Ridlwan Hambali menjelaskan bahwa tradisi ini bukanlah sekadar budaya, melainkan cerminan dari ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga silaturahmi, baik dengan yang masih hidup maupun dengan yang telah wafat.

“Sebagaimana sabda Rasulullah, ‘Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.’ Maka, sudah sepatutnya kita menghormati para pendahulu kita, mendoakan mereka, dan melanjutkan kebaikan yang mereka wariskan,” ungkap beliau.

Dalam pandangan KH. Ridlwan Hambali, bulan Sya’ban adalah waktu yang tepat untuk mengingat dan mendoakan para leluhur, serta memperkuat ikatan batin dengan keluarga dan masyarakat melalui doa dan amal kebaikan.

Membangun Masjid sebagai Pusat Pembinaan Umat
KH. Ridlwan Hambali juga mengajak para jamaah untuk menghidupkan bulan Sya’ban dengan amal saleh, memperbaiki kualitas ibadah, dan memperbanyak doa. Beliau berharap agar setiap muslim memanfaatkan kesempatan ini untuk membersihkan hati, meningkatkan kesadaran spiritual, dan mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut Ramadhan. “Jangan biarkan Sya’ban berlalu begitu saja tanpa makna. Manfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki kualitas ibadah, membersihkan hati, dan memperbanyak doa agar kita semua diberikan kesempatan bertemu dengan Ramadhan dalam keadaan terbaik,” tutup beliau dengan penuh harap.

Setelah khutbah, KH. Ridlwan Hambali tidak langsung beranjak pergi. Beliau meluangkan waktu untuk beramah tamah dengan para takmir Masjid An-Nahdlah serta beberapa jamaah yang masih bertahan di serambi masjid. Suasana penuh kehangatan dan kekeluargaan begitu terasa, mencerminkan eratnya hubungan ulama dengan masyarakat setempat. Dalam percakapan santai tersebut, takmir masjid menyampaikan apresiasi atas khutbah yang begitu mendalam dan relevan bagi umat Islam, terutama menjelang bulan Ramadhan.

Pentingnya Peran Masjid dalam Pembinaan Umat
Selain itu, beberapa pengurus masjid memanfaatkan momen ini untuk berdiskusi tentang pelpagai program keagamaan yang dapat digalakkan di bulan Sya’ban dan Ramadhan, termasuk kegiatan kajian, bakti sosial, serta peningkatan semangat ibadah di kalangan jamaah. KH. Ridlwan Hambali menyambut baik diskusi tersebut dan memberikan beberapa arahan terkait pentingnya memaksimalkan potensi masjid sebagai pusat ibadah dan pendidikan spiritual bagi masyarakat.

“Masjid bukan hanya tempat shalat, tetapi juga pusat pembinaan umat. Jika masjid hidup dengan kajian, ibadah, dan kegiatan sosial, maka masyarakat di sekitarnya pun akan merasakan keberkahannya,” ujar beliau.

Dengan pemikiran yang luas dan bijaksana, KH. Ridlwan Hambali tidak hanya mengajak umat untuk mempersiapkan diri secara spiritual menuju Ramadhan, tetapi juga menekankan pentingnya peran aktif masjid dalam membangun masyarakat yang lebih baik melalui pembinaan keagamaan dan sosial.

Leave a Reply

Pilih Bahasa »