unugiri.ac.id, BOJONEGORO – Guna mempersiapkan kematangan Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Tahun 2036 menjadi World Class University (WCU), Kamis, (23/02/2023), dilaksanakan Stadium Generale dengan tema: “Science and Spirituality Integration in Engaging Unugiri to The World Class University 2023” di Hall Hasyim Asy’ari Lt. 3 Gedung Rektorat.
Kegiatan Stadium Generale tersebut menghadirkan President Director and CEO of Supreme Energy, Indonesia, Supramu Santoso sebagai Opening Speech, dan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat sebagai Guest Speaker yang merupakan Rektor Universitas Islam International Indonesia (UIII).
Supramu Santoso, mengawali paparan menyampaikan, bila spirituality merupakan moral guidance dari science. Sehingga, bila seorang yang spirituality sciences di combine dengan moral guidance spirituality akan menjadikan science itu bermanfaat untuk umat.
“Menjadi lain, bila spirituality tanpa moral guidance,” ucapnya.
Supramu juga menambah, berdasarkan pengalaman, bila kunci kehidupan itu tergantung kepada tiga faktor. Pertama, siapa anda (who you are)? “Siapa” di sini adalah kualitas, tekad (determination), kompetensi, dan ilmu apa yang sudah dimiliki oleh manusia sebagai pribadi. Sebab, dari penguasaan tersebut akan menjadi penentu sikap diri untuk bertindak.
Kedua, kesempatan (opportunity). Artinya, semangat belajar meningkatkan potensi diri secara baik, capability, ilmu dan skill yang bagus. Sehingga, bisa melihat kesempatan dan merubahnya menjadi suatu kemanfaatan. Adapun ketiga, kehendak Tuhan. Itu yang dinamakan spirituality.
“Jadi kalau kita berhasil jangan katakan Saya-nya “Saya kerja keras, karena Saya pintar, karena Saya hebat, tetapi panjatkan itu semua atas rahmat Allah yang memberikan jalan kemudahan kepada kita,” paparnya.
Selaras dengan Supramu, Rektor Universitas Islam International Indonesia (UIII), Prof. Dr. Komaruddin Hidayat secara detail menjelaskan bila di Barat, science lebih jelas objeknya alam serta objektif. Disebut objektif, karena ada jarak antara “aku” yang meneliti dan “objek” yang aku teliti.
“Kalau Anda misalnya ingin meneliti berapa kadar garam air laut? Ambil pakai ember dan bawa ke laboratorium. Tidak akan berubah karakternya. Karena, ada jarak Anda dan objek,” ungkapnya.
Kang Komar panggilan akrab Komaruddin Hidayat menambah, bila dalam berdakwah antara science dan agama akan mudah diterima science. Sebab, science rasional, objektif, dan tidak memandang agama dan ras. Hal itu berbeda bila berbicara agama. Karena berbeda agama, madzhab, akan cenderung terkotak-kotak dan menutup diri.
“Handphone, ini contoh apply science best technology. Maka, Agama dan mazhab apa saja tidak akan menolak. Karena bisa dibuktikan kegunaannya yang fungsional. Dan itulah science,” imbuhnya.
Diakhir penyampaian, Guru Besar Filsafat Agama tersebut menjelaskan, bila ada perbedaan makna antara spirituality di Barat di Timur. Barat menamakan spirituality sebagai bio science yang lembut, agung, mendatang satu rasa nyaman (peace full), dan seperti seni yang lebut. Adapun Timur, menyebut spirituality melalui konotasi yang disepakati substansinya Agama. Bila ditarik di atas, seperti nilai-nilai tasawuf atau esensi.
“Makanya, kalau Anda ngomong spirituality orang Barat, jangan menganggap spirituality itu sebagai Agama. Nah, ini kesalahan kita. Karena di Barat, spirituality tidak otomatis berarti Agama,” tegasnya.
Terhadap bentuk integrasi antara science dan Agama Prof. Komaruddin menggambarkan bila hal itu bisa diwujudkan melalui tiga tahap. Pertama, meyakini semua ini milik Allah, mulai dari alam, Al-Qur’an, manusia -otak dan hati- milik-Nya. Di sinilah bukti kesatuaan antara science dan agama telah bertemu dan sudah terintegrasi.
Kedua, dicari antara kaidah-kaidah science dan tafsir Al-Qur’an yang berkembang terus dan dipertemukan saling mendukung. Tetapi, jangan dipaksanakan bila tidak cocok. Adapun Ketiga, integrasikan pada pribadi orang.
BACA JUGA: Gus Ghafur Maimoen, Unugiri Bojonegoro Bisa World Class University Sebelum 2036
Sementara, Rektor Unugiri K. M. Jauharul Ma’arif, M.Pd.I., menyampaikan bila tema yang kali ini dibahas oleh Prof Komaruddin adalah istimewa. Tujuannya, sebagai ikhtiar Unugiri mempersiapkan World Class University (WCU) 2036. Terlebih, cita-cita besar tersebut setapak demi setapak telah dipersiapkan mulai kualitas sarana prasarana, SDM dan seterusnya.
“Penentuan 2036 itu sudah melalui diskusi panjang dengan LLDIKTI, Kopertais Wilayah IV Surabaya, termasuk potensi-potensi yang membantu Unugiri insya Allah 2036 optimisme mencapai WCU bisa terwujud,” pungkasnya.
Hadir dalam Stadium Generale Ketua BPP Unugiri Drs. H. Sayifuddin Idris, M.M., beserta jajaran, Rektor Unugiri K. M. Jauharul Ma’arif, M.Pd.I., Wakil Rektor I Dr. H. Ridlwan Hambali, Lc., M.A., Wakil Rektor II Dr. H. Yogi Prana Izza, Lc., M.A., Wakil Rektor III Dr. H. Nurul Huda, M.H.I., Wakil Rektor IV Dr. Hj. Ifa Khoiria Ningrum, SE., M.M., jajaran Direktorat, Kepada Bidang, Dekan, Kaprodi, Dosen dan mahasiswa dari 18 Prodi yang ada di Unugiri. (*)
Teks: Usman Roin
Publisis: Siti Novi Mudayani